Cerita Cinta Hati Yang Menemukan Jalan Bab 4
Cerita cinta hati yang menemukan jalan kalau dibaca dari bab 1 memang sangat seru. Apalagi pas lagi musim hujan seperti sekarang, maka upaya membaca cerpen bisa menghibur diri walaupun seharian tidak keluar rumah. Nah, apakah kalian sudah membaca cerita cinta ban 1 dan bab 2 atau bahkan sudah sampai di bab 3. Bila sudah membanya, mari kita baca bareng bab 4 berikut ini!
Cerita Cinta Romantis Hati Yang Menemukan Jalan Bab 4
--- Happy Reading ---
Keputusan Ratna untuk tetap bersama Arif diuji lagi ketika Ayahnya datang ke desa. Dengan pakaian formal dan wajah tegas, Ayah Ratna langsung memberikan kesan kuat kepada warga desa.
“Ayah mau lihat seperti apa orang yang kamu bilang layak untukmu,” ucap Ayah Ratna saat tiba di rumah kontrakan Ratna.
Ratna merasa gugup, tetapi ia tetap memperkenalkan Arif kepada Ayahnya. Pertemuan itu terasa canggung, terutama karena Ayah Ratna tidak berusaha menyembunyikan rasa tidak sukanya.
“Jadi, kamu ini petani?” tanya Ayah Ratna kepada Arif dengan nada merendahkan.
“Iya, Pak. Saya petani di sini, dan saya juga sedang mengembangkan metode hidroponik untuk membantu petani lain,” jawab Arif dengan tenang.
“Hidroponik? Itu bagus. Tapi, kamu pikir itu cukup untuk memberikan kehidupan yang layak untuk anak saya?”
Pertanyaan itu membuat suasana semakin tegang. Arif mencoba menjelaskan tentang visinya untuk desa, tetapi Ayah Ratna tetap bersikeras bahwa Ratna membutuhkan seseorang yang bisa memberinya stabilitas dan kemapanan.
Setelah pertemuan itu, Ayah Ratna memberi ultimatum kepada Ratna.
“Ratna, kalau kamu tetap bersama dia, jangan harap Ayah akan mendukungmu. Kamu harus memilih—keluarga atau dia.”
Ratna merasa seperti berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, ia tidak ingin mengecewakan keluarganya, tetapi di sisi lain, ia tahu bahwa meninggalkan Arif akan menghancurkan hatinya.
Malam itu, ia pergi ke rumah Arif. Dengan suara bergetar, ia berkata, “Mas, aku nggak tahu harus bagaimana. Ayahku memaksaku untuk memilih.”
Arif menatapnya dengan tatapan penuh pengertian. “Mbak, aku nggak mau kamu kehilangan keluargamu karena aku. Kalau kamu harus pergi, aku akan menerima itu.”
Namun, Ratna tahu bahwa hatinya tidak bisa berbohong. Ia mencintai Arif, dan ia tidak bisa membayangkan hidup tanpanya.
“Mas, aku akan memperjuangkan kita. Apa pun yang terjadi, aku ingin kita tetap bersama,” ujarnya sambil menggenggam tangan Arif.
Dengan tekad yang kuat, Ratna dan Arif mulai mencari cara untuk membuktikan bahwa cinta mereka pantas diperjuangkan.
Ratna mengajak Ayahnya untuk datang kembali ke desa dan melihat langsung perubahan yang telah mereka buat bersama.
Ayah Ratna awalnya menolak, tetapi setelah didesak oleh Ratna, ia akhirnya setuju. Ketika melihat perpustakaan yang telah dibangun Ratna dan Arif, serta hasil panen yang meningkat berkat inovasi Arif, pandangan Ayahnya mulai berubah.
“Jadi, ini yang kalian lakukan?” tanya Ayah Ratna dengan nada lebih lembut.
“Iya, Yah. Kami ingin membuat desa ini menjadi tempat yang lebih baik,” jawab Ratna.
Ayahnya tidak langsung memberikan persetujuan, tetapi ia mulai melihat bahwa Arif bukanlah pria biasa. Melihat dedikasi dan kerja kerasnya, Ayah Ratna akhirnya berkata, “Kalau ini yang kamu pilih, Ayah akan mencoba menerima.”
Bab ini menggambarkan bagaimana cinta Ratna dan Arif diuji oleh tekanan keluarga dan masyarakat. Namun, dengan keberanian dan tekad, mereka berhasil melewati rintangan itu bersama. Cinta mereka semakin kuat, membuktikan bahwa kebahagiaan sejati adalah tentang perjuangan dan saling mendukung, meski dunia menentang.