Cerita Cinta Dewasa Hati Yang Menemukan Jalan Bab 5
Masih setia membaca cerita cinta Hati yang menemukan jalan? Yuk baca kisah selanjutnya dari kehidupan ratna dan arif dalam Bab 5 dibawah. Dalam cerita cinta bab 5 ini berisi akhir perjalanan dan awal baru bagi mereka berdua. Tentu sangat menarik buat dibaca, sebab sangat menghibur, menambah wawasan serta memotivasi siapapun yang membaca cerpen ini, khususnya dari bab 1, bab 2, bab 3, bab 4, sampai bab ke lima ini. Mimin berharap kamu menikmati ceritanya ya, salam membaca friends.
Cerita Cinta Dewasa Hati Yang menemukan jalan Bab 5
Penerbit: https://respontrik.blogspot.com
Penulis: Admin
Catatan: Bila ingin menerbitkan ulang, harap hubungi admin
***** Happy Reading ****
Kehidupan Ratna dan Arif kembali berjalan dengan lebih tenang setelah Ayah Ratna mulai menerima hubungan mereka. Namun, seperti kata pepatah, hidup adalah perjalanan yang penuh liku. Keduanya sadar bahwa perjalanan mereka menuju kebahagiaan sejati masih panjang dan penuh tantangan.
Ratna mulai mempersiapkan langkah berikutnya. Meski ia mencintai desa dan kehidupannya bersama Arif, tawaran untuk melanjutkan studi di Eropa masih menggantung di pikirannya. Ia sering memikirkan bagaimana pendidikan lebih lanjut dapat memberinya kesempatan untuk melakukan lebih banyak hal, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk desa.
“Mas, aku masih bingung soal tawaran studi di Eropa itu,” ujar Ratna suatu sore ketika mereka sedang duduk di teras rumah Arif.
Arif menatapnya dengan lembut. “Mbak, aku tahu kamu selalu ingin belajar dan berkembang. Kalau itu yang terbaik untukmu, aku nggak akan menghalangi. Aku tahu kamu melakukannya bukan hanya untuk dirimu sendiri.”
“Tapi, Mas… kalau aku pergi, kita harus berpisah. Aku nggak tahu apakah aku sanggup meninggalkanmu,” ujar Ratna dengan suara bergetar.
Arif menghela napas panjang. Ia tahu keputusan ini tidak mudah, baik untuk Ratna maupun dirinya. “Mbak, cinta itu bukan tentang selalu bersama setiap saat. Kadang, cinta juga tentang memberi ruang bagi orang yang kita sayangi untuk berkembang. Kalau kamu memutuskan pergi, aku akan tetap di sini, menunggumu.”
Ratna terharu mendengar jawaban Arif. Ia merasa bahwa cinta Arif begitu tulus, meski harus melalui pengorbanan yang besar.
---
Persiapan Perpisahan
Setelah melalui banyak pertimbangan, Ratna akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Ia yakin bahwa melanjutkan studi adalah langkah terbaik, meski harus meninggalkan Arif sementara waktu. Keputusan itu membuat hati Ratna terasa berat, tetapi ia tahu bahwa ini adalah ujian bagi hubungan mereka.
Hari-hari menjelang keberangkatan Ratna dipenuhi dengan berbagai kegiatan. Ia sibuk mengurus dokumen, berpamitan dengan warga desa, dan mempersiapkan segala kebutuhan studinya. Warga desa merasa kehilangan, tetapi mereka juga bangga bahwa salah satu dari mereka akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
“Bu Ratna, kami semua bangga sama Ibu,” ujar Pak Rahmat saat acara perpisahan kecil di balai desa. “Jangan lupa kami di sini, ya.”
Ratna tersenyum dan menahan air matanya. “Tentu saja, Pak. Desa ini sudah menjadi rumah kedua bagi saya.”
Arif, yang selama ini tampak tenang, mulai menunjukkan sisi emosionalnya. Pada malam sebelum keberangkatan Ratna, ia mengajak Ratna untuk berjalan-jalan di sekitar desa. Mereka berjalan di sepanjang jalan kecil yang dikelilingi sawah, dengan hanya ditemani cahaya bulan.
“Mbak Ratna, aku nggak pandai berkata-kata, tapi aku mau kamu tahu kalau aku selalu mendukungmu. Meski nanti kita berjauhan, aku percaya kita bisa melewati ini bersama,” ujar Arif.
Ratna menggenggam tangan Arif erat-erat. “Aku juga percaya, Mas. Aku nggak akan pernah melupakan semua yang kita lalui di sini.”
Perpisahan yang Berat
Hari keberangkatan Ratna tiba. Di stasiun kereta, warga desa datang untuk mengantar kepergiannya. Beberapa anak kecil bahkan menangis karena harus berpisah dengan guru kesayangan mereka.
Arif berdiri di samping Ratna, berusaha terlihat tegar meskipun hatinya terasa hampa.
“Mas, aku janji akan kembali,” ujar Ratna sambil menatap Arif.
“Aku akan menunggu, Mbak,” jawab Arif dengan senyum yang dipaksakan.
Saat kereta mulai bergerak, Ratna melambaikan tangan kepada semua orang. Air mata mengalir di pipinya, tetapi ia berusaha tetap tersenyum. Ia tahu bahwa ini bukan akhir dari segalanya—ini adalah awal baru untuk dirinya dan Arif.
Hidup di Eropa memberikan pengalaman baru bagi Ratna. Ia belajar banyak hal, mulai dari teknik pengajaran modern hingga manajemen pendidikan. Namun, di balik semua itu, ia sering merasa rindu. Setiap kali melihat hamparan rumput hijau atau mendengar suara burung, pikirannya kembali ke desa dan Arif.
Ratna sering menelepon Arif untuk menceritakan kesehariannya. Meski sinyal sering terganggu, Arif selalu berusaha menjawab panggilan Ratna.
“Mas, aku baru saja ikut seminar tentang pendidikan inklusif. Aku pikir ini bisa diterapkan di desa nanti,” ujar Ratna dengan semangat.
“Wah, itu bagus, Mbak. Kamu memang selalu punya ide-ide hebat,” jawab Arif dengan nada bangga.
Namun, tidak semua hari berjalan mulus. Ada kalanya Ratna merasa kesepian dan mempertanyakan keputusannya. Pada saat-saat seperti itu, ia selalu mengingat kata-kata Arif yang memberinya kekuatan.