Cerita Cinta Hati Yang Menemukan Jalan Bab 3
Topic [Show]

Cerita Cinta Hati yang Menemukan jalan Bab 3
Hari-hari di desa berjalan seperti biasa, tetapi ada perubahan besar dalam kehidupan Ratna dan Arif. Hubungan mereka semakin kuat, tetapi ujian yang lebih besar mulai datang seiring waktu.Ratna merasa bahagia dengan apa yang telah ia capai bersama Arif dan warga desa. Perpustakaan kecil yang mereka bangun kini menjadi tempat favorit anak-anak. Namun, kebahagiaan itu mulai terusik ketika kabar pernikahan mereka sampai ke telinga Ayah Ratna.
“Ratna, apa benar kamu mau menikah dengan pria desa itu?” tanya Ayah Ratna dengan nada tinggi melalui telepon suatu malam.
Ratna menghela napas panjang. Ia tahu percakapan ini akan terjadi cepat atau lambat. “Iya, Yah. Aku serius sama Arif. Dia orang yang baik dan punya visi besar untuk desa ini,” jawabnya tegas.
“Ratna, kamu itu punya masa depan cerah! Ayah nggak habis pikir kenapa kamu rela tinggal di desa terpencil dan menikah dengan petani. Ayah nggak akan pernah setuju!”
Suara Ayahnya seperti tombak yang menusuk hati Ratna. Ia menahan air matanya, tetapi nada keras Ayahnya terus terngiang di pikirannya.
“Yah, aku menghormati Ayah, tapi ini hidupku. Aku yakin dengan pilihanku,” ujar Ratna dengan suara bergetar sebelum menutup telepon.
Setelah itu, Ratna hanya bisa menangis di kamar. Malam itu, ia merasa dunia menentangnya.
Di sisi lain, Arif mulai merasakan tekanan yang sama. Warga desa yang dulu mendukungnya kini mulai mempertanyakan niatnya. “Arif, kamu yakin Ratna bakal betah di sini? Jangan-jangan nanti dia pergi, dan kamu yang rugi,” ujar Pak Rahmat, tetangganya, pada suatu malam. Arif mencoba tersenyum, meskipun hatinya bergemuruh. “Saya percaya Ratna, Pak. Dia bukan orang yang gampang menyerah.”
Namun, keraguan itu mulai menghantui pikirannya. Malam itu, Arif duduk sendirian di depan rumahnya. Ia menatap bintang-bintang di langit, mencoba mencari jawaban atas semua kegelisahannya. “Apakah aku cukup untuk Ratna?” pikirnya.
Arif merasa bahwa dirinya hanyalah seorang petani sederhana. Meski ia memiliki mimpi besar untuk desa, ia tahu bahwa banyak orang, termasuk keluarga Ratna, memandang rendah dirinya.
Beberapa minggu kemudian, sebuah kabar mengejutkan datang. Ratna mendapat tawaran untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Tawaran itu datang dari universitas ternama di Eropa, yang tertarik dengan dedikasinya terhadap pendidikan di desa.
“Aku nggak percaya! Ini kesempatan besar untukmu, Ratna!” ujar teman dekatnya, Siska, saat mereka berbicara melalui telepon. Ratna tersenyum tipis. Ia tahu tawaran itu adalah impian banyak orang, tetapi hatinya terasa berat.
Ketika ia memberitahu Arif tentang tawaran itu, reaksi Arif sangat tenang, tetapi matanya terlihat penuh kebimbangan.
“Itu kesempatan luar biasa, Mbak. Kamu harus ambil,” ujar Arif dengan senyum tipis.
“Tapi, Mas… kalau aku pergi, bagaimana dengan kita?” tanya Ratna, suaranya gemetar.
Arif terdiam. Ia tahu bahwa tawaran itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak. Namun, di dalam hatinya, ia takut kehilangan Ratna. “Kalau memang ini yang terbaik untuk kamu, aku nggak akan menghalangi. Aku cuma mau kamu bahagia,” jawab Arif akhirnya.
Perkataan itu membuat Ratna merasa semakin bingung. Di satu sisi, ia tahu bahwa melanjutkan studi akan membuka banyak peluang, tetapi di sisi lain, ia tidak ingin meninggalkan Arif dan desa yang sudah ia cintai.
Hari-hari berikutnya diwarnai ketegangan. Ratna merasa bahwa hubungan mereka mulai berubah. Arif menjadi lebih pendiam, sementara Ratna semakin sering berpikir tentang keputusannya.
Suatu sore, mereka duduk bersama di tepi sawah. Angin berembus pelan, tetapi suasananya terasa berat.
“Mas, kenapa kita jadi seperti ini?” tanya Ratna dengan suara pelan. “Seperti apa, Mbak?” jawab Arif tanpa menoleh.
“Seperti ada jarak di antara kita. Aku merasa kamu menjauh,” ucap Ratna, matanya mulai berkaca-kaca.
Arif akhirnya menatapnya. “Bukan aku yang menjauh, Mbak. Aku cuma nggak tahu apa aku masih pantas ada di sampingmu. Kamu punya masa depan yang besar, sementara aku cuma seorang petani.”
Perkataan Arif membuat Ratna terkejut. Ia tidak menyangka bahwa pria yang selama ini ia kagumi bisa merasa tidak percaya diri.
“Mas, aku mencintaimu karena siapa dirimu, bukan karena apa yang kamu miliki. Jangan pernah meragukan itu,” ujar Ratna tegas.
Namun, meskipun Ratna mencoba meyakinkan Arif, bayangan tentang masa depan mereka tetap terasa samar.
Halaman 1 dari 1