Cerpen Pengalaman Pribadi : Lucu, Tentang Cinta, Tentang persahabatan dll
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cerpen Pengalaman Pribadi : Lucu, Tentang Cinta, Tentang persahabatan dll

Topic [Show]

cerpen pengalaman pribadi
Cerpen pengalaman Pribadi "Gara gara mie ayam aku jadi kena marah oleh dia"
Memang menjadi seorang karyawan itu berat dan bahkan lebih berat di banding membawa batu, ya ... Itulah yang aku rasakan dulu ketika masih bekerja menjadi seorang penjual mie ayam di Alun-alun dekat rumahku. Sebenarnya bos aku yang punya usaha mie ayam sangat ramah dan baik hati kepada saya. Sering memberi uang jajan, uang bensin dan bahkan pulsa sering di belikan oleh dia, saya memanggil bos aku Mbak Lian. Dia sangat pengertian sekali kepada saya hingga muncullah niat aku kepadanya untuk lebih bekerja dengan sungguh-sungguh demi bos aku yang baik tersebut. Seperti biasa, saya dan mbak Lian harus bangun lagi dan membuat mie ayam, prosesnya sampai jam 11 baru saya pergi ke alun-alun dan berjualan.

"Cerpen pengalaman pribadi" - Aku sering berjualan sendiri meskipun banyak pembeli ... Terkadang aku harus melayani 20 pembeli sekaligus dan hampir setiap hari pekerjaan itu aku lakukan demi mendapat sesuap nasi. Meskipun capek, aku tetap semangat dan tak pernah sedikitpun mengeluh kepada mbak Lian. Tidak semua pembeli puas dengan pelayanan yang saya berikan. Pernah terjadi hal yang membuat aku emosi, Waktu itu sekitar pukul 8 malam kalau tidak salah, ada rombongan gak tau dari mana, langsung mampir ke kios dan membeli mie ayam dengan jumlah 30 porsi, disini aku bingung karena saya hanya berjualan sendirian dan sedangkan mereka semua ngomel - ngomel katanya pelayananya lama. Aku mencoba sabar dan menghiraukan semua perkataan mereka.

Kenapa ? Aku sadar, aku hanyalah seorang kuli yang ingin mendapat sesuap nasi dengan cara yang halal. Tidak mungkin aku marah karena Pembeli, hal tersebut sering saya temui dalam kehidupan sehari - hari. Mie ayam pun sudah jadi 30 mangkok dan aku antar ke rombongan tersebut dengan menggunakan nampan. Setelah semuanya saya antar dan aku istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa capek, tiba-tiba salah satu dari rombongan tersebut berkata "Mas, mana punya aku.. kok gak di buatin ... Aku kan sudah bilang pesen 30 porsi" dan ternyata setelah aku cek ulang, memang benar, aku baru membuatnya 29 porsi sehingga aku harus membuat 1 porsi lagi.

Contoh cerpen pengalaman pribadi - aku pun menjawab perkataan dari salah satu rombak tersebut "Maaf ibu, ternyata aku teledor, kirain sudah 30 porsi maaf ya" Saya mulai membuat 1 mangkok mie ayam untuk ibu tersebut. Ku masukkan mie kedalam panci dan mangkok untuk menyajikan nanti, tiba - tiba terdengar sangat jelas dari samping yaitu pedagang sop Buah yang masih ibu kandung Mbak Lian berkata dengan nada kasar "Kamu ini, kerja lelet banget si, masa pesen 30 kok buatnya 29 ... Denger gak sih kamu ...." Sontak membuat hati aku panas ... Aku mencoba bersabar, tapi ternyata aku tidak bisa menahan semua amarah yang sudah menjadi.

Seketika itu aku langsung tak bisa mengontrol diriku. Aku dekati kios milik ibu mbak Lian dan aku tendang semua piring, gelas hingga bertebaran kemana - mana... Terlihat ada pembeli yang sedang menikmati SOP buah, aku angkat mejanya dan aku balikkan meja tersebut. Akhirnya semua pembeli aku dan SOP buah lari ketakutan. Salah satu karyawan sob buah mencoba menenangkan aku dan para pedagang lain juga ikut serta membujuk aku untuk bersabar dan sedangkan ibu mbak Lian yang malah mengadukan kejadian tersebut kepada suaminya. Memang aku sangat kesal pada dia... Sudah sering sekali dia ikut campur dalam masalah pekerjaan aku. Sifatnya sangat berbeda jauh dengan anaknya yang saat itu menjadi bos aku.

Cerpen pengalaman Pribadi - Semua orang di rumah Mbak Lian tahu kalau aku marah ... Datanglah suami mbak Lian dan terlihat jelas dia naik motor Supra dan dengan sengaja menabrakkan motornya ke kios ibu mertuanya, dia sudah tahu kalau sifat mertuanya keras dan sering ikut campur terutama sering memarahi karyawan dia. Ternyata suami mbak Lian juga sangat marah, dia langsung menghampiri aku dan mengatakan sesuatu "Katanya aku akan di laporkan ke polisi oleh suami ibu mbak Lian atas tuduhan tindakan yang aku lakukan itu" Aku langsung di ajak ke sebuah Restoran dan di beri uang oleh bos aku ...

"Kamu tunggu di sini saja, Ini ada uang untuk beli makanan, pasti kamu lapar kan ? Tolong jangan di ambil hati ya, ibu memang begitu.. gak tahu pikirannya kemana, selalu ikut campur masalah pekerjaan. Kamu jangan panik, nanti semua masalah itu biar aku atasi. Jadi sementara waktu, kamu boleh libur dulu untuk meredakan suasana. Nanti kalau ibu sudah tidak marah lagi dan kamu sudah tenang, kamu bisa kerja lagi sama Lian. Ya udah .. saya tinggal dulu ya .... (Kata suami mbak Lian).

Tak lama kemudian, aku mendapat kabar dari suaminya mbak Lian "Kamu dimana, Sekarang mbak Lian sedang menangis ... Katanya dimarahin ibu dan ayahnya gara - gara kejadian tadi. Tapi kamu ga usah khawatir.... Tuntutan itu tidak akan di lakukan oleh ayah, mbak Lian sudah bilang sama aku dan pesen buat kamu ... Katanya dia minta maaf atas perilaku ibu tadi" (Kata suami mbak Lian).

Mendengar penjelasan tersebut, aku merasa lega dan berhutang Budi kepada mbak Lian dan suaminya. Meski aku telah merusak kios ibunya, mbak Lian tetap melindungi aku dari ancaman ayahnya. Namun disisi lain, aku merasa bersalah sekali karena telah membuat bos saya sendiri menangis demi aku. Tak tahu aku harus bilang apa kepadanya. "Iya mas, Tolong sampaikan kepada Mbak Lian, Aku minta maaf atas perilaku yang aku lakukan tadi. Aku khilaf dan tidak mampu menahan emosi .. sekali lagi .. aku juga mengucapkan banyak terimakasih mas .. berkat bantuannya, aku tidak jadi di Laporkan ke pihak hukum." (Ucapkan terimakasih untuk mbak Lian dan suaminya).

Setelah lega, Aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua kejadian tersebut. Aku pun mengambil cuti selama 10 hari dan setelah itu aku masuk kerja lagi. Susana disana sudah mereda dan ibu mbak Lian sudah tidak marah lagi kepada saya, tapi dia berubah menjadi pendiam dan terlihat sinis ketika melihat aku kerja lagi disana. Aku selalu berusaha bersabar dan berharap bisa menahan semua emosi yang bakalan muncul akibat ulah dari ibu mbak Lian.